Tuesday, January 22, 2019

Self Healing

Bismillah,

Mau nulis yang agak serius ah, bebas deh mau dinilai negatif atau positif karena gw lagi self healing, berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan keadaan. Temen bilang, gw punya dunianya sendiri. Hmmm sebenarnya sih, gw sedang berfikir atau minimal gw mengobati diri gw sendiri tanpa mau merepotkan orang lain. But appreciate your care, friend.

Di sore nan mendung ini, mata gw berkaca-kaca. Lagi-lagi gw menyadari betapa kurang bersyukurnya gw sebagai makhluk Allooh yang diciptakan sempurna tanpa kurang suatu apapun.

Kemarin saat berangkat kerja dan pulang kerja, gw kehujanan. Jadi helm dengan sengaja gw tinggal dirumah mamah. Pagi tadi, dasarnya si pelupa ini ya udah kesiangan lupa pula ambil helm.

Suami bijaksana pun bertanya dengan sabar "mau diambil dulu helmnya?" dan dengan ketus gw menjawab "gausah, udah siang". Sepanjang jalan, suami terus mencari jalur yang sekiranya aman meski tau kondisinya tetap berbahaya karena istrinya yang pelupa dan keras kepala ini tidak memakai helm.

Gw sampai di kantor dengan selamat, gw sedih. Lagi - lagi gw kurang bersyukur, bahkan hal - hal yang terlihat jelas perlu di syukuri gw lalaikan.

Hal - hal kecil seringkali terlewat untuk disyukuri dan dimaknai, begitu pula kehidupan yang terus menerus gw salahkan. Sang pemberi kehidupan yang terus menerus gw keluhkan "kenapa harus gw, kenapa semua ini gak adil".

Gw terduduk lesu, mundur ke beberapa waktu sebelumnya. Gw jarang bisa mengingat hal-hal yang terjadi dalam mimpi saat tidur. Namun, gw dengan jelas mengingat mimpi tadi malam.

Gw berada dalam satu ruangan yang seisinya dalam kondisi menangis tersedu. Gw gak lantas ikut menangis, gw diam terpaku sambil dalam diri mengingat semasa hidup betapa jahatnya manusia yang kini terbujur kaku dihadapan gw.

Entah apa yang membuatnya berpulang untuk selamanya. Gw tetap diam, gamang harus berbuat dan merasakan apa. Bahagiakah ? Sedihkah ? Yang gw ingat, gw beryukur. Gw lulus. Lulus dari ujian Allah melalui manusia jahat ini.

Ada bongkahan besar yang akhirnya bisa gw pindahkan, beban yang selama ini menggeluti serasa bisa gw letakkan, dan masa depan cerah gw terang benderang di depan sana.

Gw terbangun, istirja dan bergegas mengambil wudhu untuk menunaikan sjolat subuh. Selesainya, gw terdiam lantas menangis terisak. 

Ternyata, dalam diri ini menyimpan dendam. Allah hadirkan ia dalam mimpi sebagai pengingat.

Astagfirullah,

Kenapa gw harus membenci jika bisa mencinta ?
Kenapa gw harus berdo'a yang buruk ketika do'a baiklah yang Allah kabulkan ?

Astagfirullah,

Tidaklah lebih melegakan mematahkan pohon tua yang menghalangi jalan cahaya menuju jendela, ada makhluk Allah lainnya yang membutuhkan ia tetap ada di dunia ini.

Tidaklah sesuatu terjadi di dunia ini, tanpa seijin Allah dan tugas sebagai makhluk adalah mensyukuri segala kebaikanNya.

Gw berdamai dengan keadaan.

Berdamai dengan takdir Allah.

Mencintai diri sendiri.

Bersyukur dengan segala yang Allah berikan dan gariskan.

Semoga istiqomah.


Aamiiin...

Wednesday, January 16, 2019

Andai gak pakai BPJS

Duh masih ingin bahas BPJS, belum bosen. Hahaha,

Staff penanggung jawab BPJS di kantor bisa kerjasama nih sama gw sebagai pengguna aktif manfaat BPJS, bantu-bantu sosialisasi.  #yakeleus

Kemarin, gw jadi pengguna BPJS (yang budiman) lagi. Tepat pukul 07.27 gw sudah sampai di puskesmas kecamatan cengkareng dengan berbekal kartu bpjs dan ktp. Tujuannya ? mau cek darah dan urine.

Biasanya, gw ke puskesmas sesuai faskes di kartu peserta BPJS gw yaitu kel. Kapuk II tapi kemarin gw langsung ke kecamatan disertai dengan segala kecemasan apakah gw akan diterima disana. Wkwk

Ternyata, bisa gaes. Tenang aja, diterima kok di kecamatan. Cuma dokternya bilang, nanti kontrol kalau kejauhan ke kelurahan saja ya (penolakan secara halus).

Inti cerita gw kali ini adalah, secara bersamaan salah satu teman gw melakukan pengecekan yang sama di salah satu rumah sakit swasta jakarta barat dengan prosedur yang sama diluar obat dan diluar biaya dokter. 

Berapa biaya yang diperlukan ? IDR 1.700.000,- dirumah sakit swasta tersebut, dan IDR 0 di kecamatan. Mendadak ku merasa perjuangan gw jauh-jauh dan pagi-pagi dari rumah ke kecamatan gak sia-sia.

Kalau bicara soal pelayanan sih ya jelas beda RS swasta dengan puskesmas, gw butuh 5 jam untuk menyelesaikan semua prosedur pengecekan dan pembacaan hasil beserta berkas pengecekan yang bisa langsung dibawa pulang. Biaya pengecekan gratis, tapi jajan gw yang banyak. Hahaha

Jadi kalau waktu nya longgar, silahkan dimanfaatkan ya kartu BPJS nya, jangan dibiarkan nganggur apalagi tiap bulan gajimu dipotong untuk membayar iuran BPJS tersebut. Gak harus nunggu sakit, cek/kontrol rutin juga diterima dengan baik oleh para petugas.

Gak dibeda-bedakan baik BPJS yang gratis atau yang bayar. Semua alur nya sama. 

Dah ya, sampai jumpa di pembahasan gw selanjutnya sebagai pengguna BPJS (yang budiman).

Assalamu'alaykum 😇

Tuesday, January 1, 2019

Manfaat pengguna BPJS Non PBI

Ada yang masih bingung atau merasa rugi membayar iuran BPJS (yang sifatnya wajib) ?

Mari kita berbagi kisah pemegang kartu/pengguna BPJS.


BPJS sendiri terdiri dari beberapa kategori, PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan Non PBI (Bukan Penerima Bantuan Iuran).


BPJS PBI dibagi menjadi dua yaitu Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu, masing - masing mendapat fasilitas rawat inap kelas III dan tidak dikenakan biayan iuran bulanan.


Sedangkan untuk BPJS Non PBI, dibagi menjadi tiga yaitu ;


1. Pekerja penerima upah (PPU), peserta BPJS Badan Usaha atau yang ditanggung oleh perusahaan dengan pesaran iuran 5% gaji (1% dari karyawan , dan 4% dari perusahaan). Gaji per bulan menentukan kelas kepesertaan BPJS PPU, gaji <5.000.000 per bulan kelas II, dan gaji >5.000.000 per bulan kelas I.


2. Pekerja bukan penerima upah (PBPU).


3. Bukan pekerja (BP) , peserta dapat menentukan kelas kepesertaan (I, II, dan III) berdasarkan iuran yang dibayarkan secara mandiri setiap bulannya.


Dulu awal-awal sosialiasi di kantor tentang BPJS Kesehatan gw agak sedih, karena selama ini dari kantor memberikan fasilitas Asuransi kesehatan tanpa dipotong dari gaji, sedangkan BPJS Kesehatan 1% iurannya dipotong dari gaji dan kantor tidak bisa menanggung double fasilitas kesehatan. Begini skema nya ;


>> Sebelum BPJS Kesehatan

1. Asuransi kesehatan swasta (ditanggung perusahaan).
2. Reimbursement kesehatan (ditanggung perusahaan).

>> Saat BPJS Kesehatan diberlakukan

1. Asuransi kesehatan swasta (ditanggung karyawan 100%) tidak wajib.
2. Reimbursement kesehatan (ditanggung perusahaan).
3. BPJS Kesehatan (1% ditanggung karyawan, 4% ditanggung perusahaan) wajib.

Sebenarnya secara keseluruhan masih menguntungkan buat gw, cuma ya namanya pasukan tanggal muda 1% berkurang juga lumayan berasa terlebih untuk urusan administrasi penggunaan manfaat itu akan bertele-tele. Tapi belakangan ini, gw merasakan indahnya jadi peserta BPJS Kesehatan, hahaha.


Kurang lebih satu minggu gw bolak-balik ke puskesmas faskes I karena demam dan diare tak kunjung usai.Terakhir gw diberi rujukan untuk cek darah ke puskesmas kecamatan yang fasilitasnya lebih lengkap. Gw fikir prosesnya akan lebih dari satu hari, ternyata yang lama hanya di faskes I karena antrian administratif sedangkan proses cek darah berlangsung hanya kurang lebih satu setengah jam sampai gw menerima hasil lab.


Sesampainya dirumah gw sholat dan makan siang untuk kemudian balik ke faskes I baca hasil lab. Dokter faskes I juga masih standby dan gak pakai antri, huuu indahnyaaa.. Karena kondisi badan gw yang belum memungkinkan untuk datang ke kantor seperti biasa, gw tetap ambil cuti.


Untuk proses faskes I dan lab faskes lanjutan gw tidak dipersulit dan tidak dikenakan biaya apapun, di kertas rujukan gw ditandai Non PBI karena menggunakan BPJS dari perusahaan. Padahal sebelum ke faskes lanjutan gw sempat mampir di ATM untuk ambil cash.


Sebelumnya, nyokap gw pernah menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan untuk cek darah juga, dengan prosedur yang sama dengan gw yaitu rujukan dari faskes I tetapi di faskes lanjutan nyokap gw dikenakan biaya IDR 140.000 untuk cek darah dan rujukan ditandai Non PBI juga.


Sempat petugasnya bilang, Ibu dikenakan biaya karena BPJS Kesehatan Ibu adalah BPJS mandiri. Nyokap sempat marah karena merasa rutin membayar iuran bulanan BPJS tetapi pelayanannya dibedakan dengan BPJS PPU(perusahaan). Setelah ditelaah lagi karena perbedaan manfaat nya juga beda, waaaah ini sih mending urus berkas untuk jadi tanggungan perusahaan anak-anaknya.


Karena BPJS PPU bisa menanggung 5 anggota, selain diri sendiri. Jadi 1% potongan gaji kita dapat menanggung 5 peserta dengan kelas yang sama sesuai kelas penanggung. Dulu nyokap bikin BPJS mandiri dan semua didaftarkan karena wajib dalam 1 KK, gw masih ikut KK nyokap dan semua harus dalam kelas yang sama yaitu kelas I. Tiap bulan nyokap dan adek bayar iuran secara mandiri untuk kelas I. Lumayan yeeee..


Meski dalam satu KK yang sama waktu itu, gw tetap tidak bisa menanggung kepsertaan BPJS Kesehatan keluarga karena perempuan di kantor gw dianggap single tidak bisa menanggung (sejujurnya gw gak ngerti ini aturan darimana) karena di kantor lain, adik gw perempuan pun bisa menanggung BPJS Kesehatan keluarga sesuai aturan pemerintah.


Sekian curcol gw menjadi peserta BPJS Non PBI, semoga kedepannya semakin banyak warga negara yang terbantu dengan adanya sistem BPJS ini.

😊😊😊